Kopi berasl dari bahasa Arab Qahwah (قهوة) yang berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan untuk minuman yang berenergi tinggi, kata Qohwa kembali mengalami perubahan menjadi Kahveh yang berasal dari bahasa Turki, dan kemudian berubah lagi menjadi Kaffe dari bahasa Belanda, dari kaffe kemudian diserap dalam Bahasa Indonesia menjadi Kopi seperti yang kita kenal saat ini.
Sejak Baba Budan ( Seorang jamaah haji asal india) menyelundupkan tujuh biji kopi dari Jazirah Arab ke kampungnya pada abad 15, penyebaran kopi ke seluruh dunia tinggal menunggu waktu, selanjutnya benua biru Eropa yang akan menjadi wilayah selanjutnya yang akan diinvestasi oleh biji pahit ini.
Sekitar tahun 1600an, sekelompok pemuka gereja mendatangi
Paus Clement VIII untuk memfatwakan keharaman kopi, menggambarkan betapa
asingnya mereka terhadap kopi. Baru pada 1615 orang-orang Eropa secara formal
berkenalan dengan kopi. Saat itu para pedagang dari Venezia, Italia, membawa
pulang kopi dari daerah Levant, yang kini dikenal sebagai area Timur Tengah,
meliputi Israel, Yordania, Libanon, dan Syiria. Setahun kemudian, giliran orang
Belanda yang membawa kopi dari daerah Adan, Yaman, lalu membudidayakannya, dari
Ceylon (sekarang Sri Lanka) hingga ke Nusantara. Belanda akhirnya memetik hasilnya.
Mereka bisa bersaing dengan industri kopi dunia, bahkan bisa menentukan harga.
Puncaknya, pada 1700-an, kopi produksi Jawa bersaing dengan kopi asal Mocha,Yaman,
sebagai produk kopi paling populer di dunia.
Awalnya orang-orang Eropa
memperlakukan kopi sebagai bahan medis yang memberikan efek positif buat tubuh.
Harganya mahal. Umumnya dikonsumsi masyarakat kelas atas. Pada 1650-an, ketika
penjaja minuman lemon di Italia mengikutsertakan kopi sebagai barang jualannya,
sementara kedai-kedai kopi di Inggris bermunculan, minuman ini mulai menemukan
dimensi sosialnya; dikonsumsi sembari berbincang-bincang.
Saat kopi mulai menyebar ke
negara-negara besar Eropa, cerita lama berulang kembali. Muncul pihak-pihak
yang menentangnya. pada 1679, dokter-dokter dari Prancis membuat catatan buruk
tentang kopi. Dikatakannya, “...dengan penuh kengerian bahwa kopi membuat orang
tak lagi doyan wine.”
Serangan ini disusul oleh seorang dokter muda yang menganggap kopi bisa
mengakibatkan keletihan, menimbulkan hal-hal buruk pada otak manusia,
menggerogoti fungsi tubuh, serta biang keladi impotensi. (Baca juga: 7 Jenis Kopi Indonesia Yang Mendunia)
Pihak yang membela pun segera
bersuara. Seorang dokter, juga asal Prancis, Philippe Sylvestre Dufour,
menerbitkan buku yang menilai positif minuman eksotik ini. Lalu pada 1696,
seorang dokter Prancis juga mengatakan kopi baik untuk tubuh dan menyegarkan
kulit. Namun, sebagaimana akan kita lihat nanti, oposisi terhadap kopi tak
berhenti sampai di sini.
Ketika mulai menemukan dimensi
sosialnya, kopi tak lagi sekadar minuman yang rutin dikonsumsi, tapi juga
terlibat dalam banyak perubahan sosial-politik di Eropa. untuk kali pertama
orang (Eropa) memiliki alasan untuk berkumpul di ruang publik tanpa melibatkan
alkohol. Kegiatan ini pun berkembang menjadi rutinitas sosial yang bersifat
politis. Pada era tersebut konsep media massa belum lagi dikenal. Berita
tersebar dari mulut-ke mulut di kedai-kedai kopi, melalui proses dialogis.
Para penguasa mulai merasa deg-degan,
karena khawatir hal-hal berbau politik dibincangkan orang-orang di kedai-kedai
kopi. Kekhawatiran itu tak berlebihan. Sejarawan Prancis, Michelet, dikutip
Mark Pendergrast dalamUncommon Grounds: The History of Coffee and How it
Transformed Our World, menggemukakan penemuan kopi sebagai revolusi yang
menguntungkan dan mampu memunculkan kebiasaan-kebiasaan baru, bahkan
memodifikasi temperamen manusia. Ide-ide yang beredar dalam diskusi di
kedai-kedai kopi pada akhirnya terakumulasi dalam peristiwa Revolusi Prancis.
Secangkir Kopi |
Di Jerman, popularitas kopi
mengganggu penggusaha dan penguasa Frederick
the Great. Pada 1777, dia mengeluarkan manifesto yang mendukung minuman
tradisional Jerman, yakni bir: “Menjijikkan melihat meningkatnya kuantitas kopi
yang dikonsumsi rakyatku, dan implikasinya, jumlah uang yang keluar dari negara
kita. Rakyatku harus minum bir. Sejak nenek moyang, kemuliaan kita dibesarkan
oleh bir.”
Di London protes terhadap
eksistensi kopi diprotes oleh kalangan Women’s
Petition pada tahun 1674,
yang memrotes terbuangnya waktu para lelaki di kedai kopi, serta tak
memungkinkannya perempuan berkunjung ke kedai kopi, pada 29 Desember 1675 Raja
Inggris Charles II mengeluarkan pernyataan tentang Pelarangan Kedai Kopi,
dengan alasan membuat orang mengabaikan tanggungjawab sosial serta mengganggu
stabilitas kerajaan. Suara-suara protes pun bermunculan di London. Klimaksnya,
dua hari sebelum aturan itu berlaku, raja mengundurkan diri. (Baca juga: Makanan Khas Kota Surabaya)
Di bagian lain Eropa, yakni Wina,
Austria, perkenalan negeri ini dengan kopi seperti mengulang kisah klasik yang
pernah terjadi di tempat lain. Juli 1683, pasukan Turki yang dipukul mundur
meninggalkan beragam barang, termasuk lima ratus karung besar berisi kacang
aneh, yang dianggap para tentara sebagai makanan unta. Karena ternyata
unta-unta tak doyan, mereka lemparkan ratusan karung tersebut ke api.
Kolschitzky, seorang tentara yang pernah tinggal di Jazira Arab, terbangun oleh
aroma kopi terbakar tersebut.
Kolschitzky berkata, “Yang kalian bakar itu kopi! Kalau kalian tak
tahu gunanya, berikan padaku.” Makan dengan bekal tersebut ia membuka kedai
kopi yang termasuk generasi awal di Wina. Beberapa dekade kemudian, kopi
mewarnai kehidupan intelektual di kota tersebut.
Namun gambaran kedai kopi tak
melulu didominasi catatan positif. Begitu terbukanya tempat-tempat seperti ini
membuat orang dari berbagai latar belakang kelas sosial dan karakter, bertemu
bersamaan. Karenanya, seperti digambarkan di kedai kopi orang membaca,
mengobrol; lalu-lalang orang, para perokok, dan beragam aroma bercampur jadi
satu, tak ubahnya kabin tongkang.
Negara-negara lain di Eropa mulai
mengenal kopi sekitar periode yang sama. Sementara negara-negara Skandinavia,
yang paling buncit berkenalan dengan kopi, sebagaimana data tahun 2002 kini
malah menjadi wilayah yang konsumsi kopi perkapitanya tertinggi di dunia. Kopi lahir di Arabia, Besar Di Eropa dan berjaya di Amerika.
Sumber : Kopi yang mengubah Eropa
Sumber : Kopi yang mengubah Eropa
No comments:
Post a Comment